Kita Tidaklah Bodoh Tapi Cerdas Unik

Muhammad Adam Hussein

Kata siapa kita Bodoh?

Kita tidaklah Bodoh, pasti kita mempunyai keahlian atau kecerdasan tersendiri yang beda dengan orang lain. Berbahagailah, apa
yang kita miliki belum tentu orang lain bisa memilikinya. Bersyukurlah atas nikmat kecerdasan. Kecerdasan itu dipengaruhi oleh  keturunan orangtua (genetika), latihan, bimbingan lembaga pendidikan, pembelajaran dari pengalaman, belajar dari kesalahan sendirikah atau dari kesalahan orang lain, dan semacamnya.

Jadi, percayalah terhadap diri sendiri bahwa kita mampu menjalani hidup yang berliku-liku dengan godaan dan cobaan dariNya, 
kita mampu menjadi orang sukses seperti kita yang inginkan. Ibarat Orang Bijak, "Ada kemauan pastilah jalan keluar akan ada 
menghampiri, tapi jika kita merasa ragu niscaya apa yang kita rencanakan bisa gagal berbuih kekecewaan artinya jauh dari harapan 
semula sebab bekerja atau belajarnya tidak dilakukan dengan semangat jiwa”.

Hindarilah ungkapan yang memperburuk keadaan, seperti:
Ku tak akan sanggup, ku tak bisa, ku tak mau, aku memang bodoh, aku memang hina, aku banyak dosa bisakah dimaafkan, 
apa mungkin aku bisa, apa mungkin aku mampu, ku tak sanggup hadapi ini semua, mengapa Tuhan merelakan aku sengsara, 
mengapa orangtua tidak mengerti, mengapa teman meninggalkan saat aku sedang kesusahan, mengapa dan mengapa.

Ungkapan diatas tadi, bisa mempengaruhi pikiran sehingga jiwa kehilangan daya, seperti: minder (kurang percaya diri), 
menganggap diri tak berguna, pada akhirnya kita kekurangan kekuatan dalam diri sendiri niscaya apa yang didambakan hanya
sebatas mimpi saja. Bukankah kita berkewajiban untuk mewujudkan mimpi itu sendiri?

Unsur Dua Kekuatan
Sedang kita juga membutuhkan kekuatan dari dua unsur, antara lain:
1.      Kekuatan Eksternal (Kekuatan dari Luar Diri)
Berupa bantuan materil (berupa modal usaha), dan bantuan morill (dorongan atau dukungan) dari orang yang terdekat bisa dari teman, 
orangtua, atau kekasih.
2.      Kekuatan Internal (Kekuatan dari Dalam Diri)
         Kepercayaan diri, bersikap optimis jadi hilangkan sikap pesimis, buanglah rasa ragu tapi tanamkanlah sikap yakin pada diri sendiri, jangan mudah menyerah kejarlah sesuatu yang diinginkan jika hal positif, tanamkan juga sugesti diri, seperti: (kita mampu, aku harus bisa, aku tak mau kalah, aku harus menang, aku harus pintar, aku harus lebih baik sebelumnya, aku harus bisa mewujudukannya, aku ingin menjadi terbaik, aku harus jadi orang hebat, aku harus menjadi kebanggan, aku tak harus sombong, aku harus rendah hati, aku harus bisa menjaga diri dan sebagainya).

         Untuk lebih mengetahui tentang kecerdasan manusia itu yang berbeda-beda, maka simaklah pembahasannya dibawah ini.

Definisi Kecerdasan

Intelegensi (kecerdasan) dalam bahasa Inggris disebut Intelligence dan bahasa Arab disebut al-Dzaka menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan (al-qudrah) dalam memahami sesuatu secara cepat sempurna.

Kamus Webster mendefinisikan kecerdasan (intelligence), sebagai:
1.      Kemampuan untuk mempelajari atau mengerti dari pengalaman; kemampuan untuk mendapatkan dan mempertahankan pengetahua; kemampuan mental.
2.      Kemampuan untuk memberikan respons secara cepat dan berhasil pada suatu situasi yang baru; kemampuan untuk menggunakan nalar dalam memecahkan masalah.

         Kamus Oxford mendefinisikan kecerdasan (intelligence), sebagai:
Kemampuan untuk belajar, mengerti, dan belajar; kemampuan mental.

         Kamus pada Encyclopedia Encarta mendefinisikannya, sebagai:
Kemampuan untuk mempelajari fakta-fakta dan keahlian-keahlian serta mampu menerapkan apa yang telah dipelajari, khususnya 
bila kemampuan ini telah berhasil dikembangkan.


Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan, sebagai:
1.      Kemampuan untuk memecahkan suatu masalah.
2.      Kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahakan.
3.      Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat.

Sedang, penulis sendiri lebih memilih pandangan Crow and Crow.

         Crow and Crow, mengemukakan bahwa inteligensi berarti kapasitas umum dari seorang individu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru, keadan rohaniah secara umum yang dapat disesuaikan dengan problem-problem dan kondisi-kondisi yang baru di dalam kehidupan. Pengertian ini tidak hanya menyangkut kehidupan non-akademik, seperti masalah artisti dan tingkah laku sosial.
Macam-Macam Kecerdasan
a.      Kecerdasan Intelektual
         Kecerdasan Intelektual adalah kecerdasan yang berhubungan dengan proses kognitif seperti berpikir, daya menghubungkan dan menilai atau mempertimbangkan sesuatu. Atau, kecerdasan yang berhubungan dengan strategi pemecahan masalah dengan logika.

         Melalui tes IQ (Inteligence Quotient) tingkat kecerdasan intelektual seseorang dapat dibandingkan dengan orang lain. Dengan kehadiran konsep baru tentang kecerdasan, maka IQ tidak lagi bermakna inteligence quotient melainkan intelektual quotient.

         Teori mengenai kecerdasan majemuk dikemukan oleh Howard Gardner melalui bukunya yang bejudul "Frames of Mind: The Theory Multiple Intelligence” pada tahun 1983. Pada mulanya Gardner menyatakan ada tujuh jenis kecerdasan. sesuai dengan perkembangan penelitian yang dilakukannya, Gardner lalu memasukkan kecerdasan kedelapan, yaitu Kecerdasan Naturalis.

         Menurut Howard Gardner, 8 kecerdasan tersebut, sebagai berikut:
1.      Kecerdasan Lingistik
2.
     Kecerdasan Logika-matematika
3.      Kecerdasan Intrapersonal
4.      Kecerdasan Interpersonal
5.      Kecerdasan Musikal
7.      Kecerdasan kinestik
8.      Kecerdasan Naturalis

         Jika ingin dijelaskan satu persatu, harus dalam artikel terpisah dan tersendiri, agar mudah dalam pengelompokkan serta pemahamannya.

b.      Kecerdasan Emosional
         Salovey dan Mayer menggunakan istilah kecerdasan emosi untuk menggambarkan sejumlah kemampua mengenali emosi diri sendiri, mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain dan membina hubungan 
dengan orang lain. Ciri utama pikiran emosional adalah respons yang cepat tetapi ceroboh, mendahulukan perasaan daripada pik
pemikiran, realitas simbolikyang seperti kanak-kanak, masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang, dan realitas yang ditentukan oleh keadaan. Kecerdasan emosional merupkan hasil kerja dari otak kanan. Sedangkan kcerdasan intelektual merupkan hasil kerja dari otak kiri. Menurut De Porter dan Hernacke, otak kanan manusia memiliki cara kerja yang acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik, sedangkan otak kiri memiliki cara kerja yang logis, sekuensial, rasional, dan linear. Kedua belahan otak ini harus diperankan sesuai dengan fungsinya, jika tidak maka masing otak akan mengganggu pada otak lain. Dapat Disimpulkan: Pertimbangan perasaan dan pertimbangan pikiran haruslah seimbang agar satu sama lainnya melengkapi kekurangan, berjalan berbarengan, dan tidak saling menguasai dalam menentukan sikap. Begitupun dengan hemisfer otak kiri dan hemisfer otak kanan, tidak berbenturan jika bisa seimbang dalam menentukan pemikiran dalam bertindak. Selai itu juga, kcerdasan intelektual dan kecerdasan emosi yang perlu keseimbangan biar kematangan mental benar-benar teruji. Sebab bicara mental berarti membahas pikiran dan perasaan. Berarti perlu keseimbangan pertimbangan pikiran dan pertimbangan perasaan.

c.      Kecerdasan Moral
         Kecerdasan Moral adalah kemampuan untuk merenungkan mana yang benar dan mana yang salah, dengan menggunakan sumber emosional dan intelektual pikiran manusia. Indikator kecerdasan moral adalah bagaimana seseorang memiliki pengetahuan tentang moral yang benar dan yang buruk, kemudian ia mampu menginternalisasikan moral yang benar ke dalam kehidupan nyata dan menghindarkan diri dari moral yang buruk. Orang yang baik adalah orang memiliki kecerdasan moral sedangkan orang yang jahat merupkan orang yang idiot moral. Kecerdasan moral tidak bisa dicapai dengan menghapal atau mengingat aturan yang dipelajari, melainkan membutuhkan interaksi dengan lingkungan luar.

d.      Kecerdasan Spiritual
         Kecerdasan Spiritual bukanlah doktrin agama yang mengajak manusia untuk cerdas memilih salah satu agama, ia merupakn 
sebuah konsep yang berhubungan bagimana seseorang mempunyai kecerdasan dalam mengelola makna-makna, nilai-nilai dan kulatias kehidupan spiritualnya. Kehidupan spiritual ini, meliputi:
1.      hasrat untuk hidup bermakna.
2.      motivasi mencari makna hidup, dan
3.      mendambakan hidup bermakna.
         Kecerdasan Spiritual ini tidak selalu berhubungan dengan agama.

e.      Kecerdasan Qalbiyah
         Kecerdasan Qalbiyah menurut Abdul Mujib adalah sejumlah kemampuan diri secara cepat dan sempurna, untuk mengal kalbu dan aktivitas-aktivitasnya, mengelola dan mengekspresikan jenis-jenis kalbu secara benar, memotivasi kalbu untuk membina hubungan moralitas dengan orang lain dan hubungan ubudiyah dengan Tuhan.Ciri utama kecerdasan qalbiyah adalah respons yang intuitif ilahiah, lebih mendahulukan nilai-nilai ketuhanan (theosentris), yang universal daripada nilai-nilai kemanusiaan (antroposentris) yang temporer, realitas subjektif individu (dari pengalaman beribadah) diposisikan sama kuatnya, atau lebih tinggi kedudukannya, dengan realitas obyektif, dan diperoleh melalui pendekatan penerapan spiritual keagamaan (suluk) dan pensucian diri (lazkiyah al-nafs).

Selanjutnya Abdul Mujib menyatakan bahwa pengertian qalbiyah dapat dijabarkan dalam beberapa jenis kecerdasan qalbiyah, sebagai berikut:
1.      Kecerdasan Intelektual (intuitif), yaitu kecerdasan kalbu yang  berkaitan dengan penerimaan dan pembenaran pengetahuan yang bersifat intuitif-ilahiah seperti wahyu (untuk para rasul dan nabi) dan ilham atau firasat (untuk manusia bisa yang salih). Adanya sifat intuitif-ilahiah ini sebagai pembeda dengan kecerdasan intelektual yang ditimbulkan oleh akal pikiran yang bersifat irasional-insaniah.

2.      Kecerdasan Emosional, yaitu kecerdasan kalbu yang berkaitan dengan pengendalian nafsu-nafsu impulsif dan agresif. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk bertindak secara hati-hati, waspada tenang, sabar dan tabah ketika mendapat musibah, dan berterimakasih ketika mendapat kenikmatan.

3.      Kecerdasan Moral, yaitu kecerdasan kalbu yang berkaitan dengan hubungan kepada sesama manusia dan alam smesta. Kehidupan 
Kehidupan ini mengarahkan orang untuk berbuat dengan baik, sehingga orang lain merasa senang dan gembira, dan tidak membencinya.

4.      Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan kalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang. Kecerdasan ini mengarahkan orang berbuat lebih manusiawi, sehingga dapat menjangkau nilai-nilai luhur yang mungkin belum tersentuh oleh
akal pikiran manusia.

5.      Kecerdasan Beragama adalah kecerdasan kalbu yang berhubungan dengan kualitas beragama dan bertuhan. Kecerdasan ini mengarahkan pada seseorang untuk berperilaku secara benar, yang puncaknya menghasilkan ketaqwaan secara mendalam, dengan dilandasi oleh enam kompetensi keimanan, lima kompetensi keislaman, dan multi kompetensi keihsanan.

         Jika 5 kecerdasan diatas seimbang, berarti kita telah pandai menyesuaikan diri, dan pandai mengoptimalkan keseluruhan kecerdasana, antara pikiran, perasaan (emosi atau nafsu), dan jiwa (tingkahlaku).

Kesimpulan:
         Apa yang kita pikirkan niscaya itu menjadi pola tindakan. Jika kita pikir tidak bisa melakukan sesuatu tertentu, niscaya pesimisme akan menguasai diri kita. Jika kita pikir sebaliknya kita harus bisa melakukan sesuatu tertentu, niscaya optimisme akan mengusai diri kita. Sehingga persepsi dan pandangan itu menjadi virus pikiran bagi kondisi jiwa seseorang.

         Ingatlah IQ bukan satu-satunya tolak ukur kecerdasan seseorang.

         Kita sebetulnya cerdas, tapi tergantung pada bidang mana. Perlu kita sadari, bahwa kecerdasan manusia masih ada keterbatasan. Jadi, jangan merasa kita lebih pintar dari yang lainnya. Kita menurut Aristoteles adalah Manusia Sosial disebut Zoon Politicon, satu manusia dengan satu manusia lainnya saling membutuhkan dan tak mungkin terpisahkan. Jadi, tolong menolonglah dalam kebaikan untuk meringankan beban kesulitan hidup yang ada. Tapi sayangnya, masih banyak orang yang hanya memanfaatkan kebaikan seseorang. Persahabatan yang dijalaninya bukan karena ketulusan, tapi malah hanya memeras kelbihan yang dimiliki orang lain tersebut, kemudian saat dibutuhkan bantuannya seringkali mungkir dengan melontarkan berbagai alasan. Jika seperti itu, maka pandailah dalam memilih teman atau pacar dalam pergaulan sehari-hari, jika kita tidak mau dijadikan "Sapi Perahan".

         Bolehlah kita pintar dalam agama, komputer, sastra, filsafat, psikologi, tapi pasti kita masih ada kekurangan dalam hal lain.
Jangan merasa kita sempurna, tapi teruslah tumbuhkan rasa tidak puas dalam mencari ilmu, niscaya jiwa kita tergerak untuk melakukan hal lebih, dan akan meraih ilmu ilmu-ilmu baru yang jarang dimiliki orang lain. Misalnya: Indera Ke 6, ilmu Hikmah, dan semacamnya.

         Orang Jenius umumnya serba bisa dalam arti mempunyai kelebihan yang cenderung banyak bidang yang dikuasainya. Tentu saja, 
orang Jenius selalu menyiapkan cara-cara agar bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya, tak mau menyerah sifatnya sehingga saat masalah sedang menghadangnya tidak ada ketakutan dalam menghadapi dan menjalaninya. Malah kian terus dihadapi, sehingga menemukan pengaman baru, inspirasi baru, dan semacamnya.

         Tak ada kata menyerah, "harus bisa kegagalan menjadi buah keberhasilan dari kesungguhan”. Kita jangan kehilangan daya saat cara-cara buntu, tapi carilah cara-cara lainnya.

         Saat nilai ujian kita menurun secara tiba-tiba, jangan menyalahkan diri sendiri tak boleh hanyut dalam keterpurukan, tapi dukunglah
diri sendiri untuk melakukan hal lebih menyempurnakan. Tingkatkan belajarnya sesering mungkin. Sehingga kita akan kian semangat dalam meningkatkan prestasi dalam belajar. Lebih cenderung maju dibanding mundur. Sebab, jika kita mundur dari hal yang sedang dialami, malah masalah itu tidak akan cepat selesai, bisa-bisa membawa masalah baru.

Sumber Pustaka:

Gunawan, Adi W. Born to be a Genius. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarata. Cetakan Pertama: Maret 2003. Halaman 106, 152-153.

Mujib, Abdul. Fitrah dan Kepribadian: Sebuah Pendekatan Psikologis, Tesis Padang FakultasPasca Sarjana IAIN Imam Bonjol - Padang, 1998.

Ramayulis, Prof. Dr. H. Pengantar Psikologi Agama. Penerbit: Kalam Mulia, Jakarta Pusat. Cetakan Keenam, Juli 2002 (Edisi Revisi). Halaman 77 - 81.

Sumber Arsip Artikel:

Hussein, Muhammad Adam. 2011. Kita Tidaklah Bodoh tapi Cerdas Unik. http://www.adamsains.us/2011/08/kita-tidaklah-bodoh-tapi-cerdas-unik.html



Sumber Pustaka Buku:
Hussein, Muhammad Adam. Kita Tidaklah Bodoh tapi Cerdas Unik dalam Buku Kumpulan Kupas Tuntas Fenomena Remaja. Penerbit CV. Adamssein Media, Sukabumi. Cetakan 1, 10 Desember 2011. Hal. 188 - 198.

3 komentar untuk "Kita Tidaklah Bodoh Tapi Cerdas Unik"

Comment Author Avatar
Nice write up bro,,singkat dan berbobot.
my Fave section
"......Ku tak akan sanggup, ku tak bisa, ku tak mau, aku memang bodoh, aku memang hina,apa mungkin aku bisa, apa mungkin aku mampu, ku tak sanggup hadapi ini semua, mengapa Tuhan merelakan aku sengsara...mengapa..mengapa..."
krn sering menemukan org yg berkata itu. keep posting ya!

Sefrya
http://www.yncbizz.com
Comment Author Avatar
Yncbizz@
Sharusnya qta mesti yakin pada kemampuan diri sendiri, hargainya, dan coba buktikan pada dunia kalau qta juga bisa. Emang kalau bicara aja itu gampang, ngelakuinnya mesti bergelut dg batin sendiri.

Yakinkan hati sendiri dijamin selanjutnya kita akan lebih bersemangat.
Comment Author Avatar
setuju gan tiap orang pasti punya kecerdasan yg berbeda-beda

BACALAH SEBELUM BERKOMENTAR

Dilarang berkomentar dengan akun Unknow, akun Profil Tidak Tersedia, akun yang tidak dengan nama asli. Dilarang berkomentar dengan menaruh link didalam komentar baik link hidup maupun link mati.

Kenapa?
Karena kami tidak akan menayangkan komentar-komentar tersebut. Kami hanya menayangkan komentar yang relevan (sesuai dengan topik yang sedang dibahas) dan komentar yang berbobot dan bermanfaat. Tidak untuk komentar basa-basi seperti: nice info, keren gan, makasih infonya, mantap, dan lainnya. Jadi daripada sia-sia lebih baik ikuti aturan main berkomentar di blog ini.




Seedbacklink

Teh Celup Herbal Bidara Ruqyah

KLIK GAMBAR UNTUK PEMBELIAN/PEMESANAN