Efek Tafakuri Kekurangan Diri

Efek Tafakuri Kekurangan Diri
Muhammad Adam Hussein

Nikmatnya Mentafakuri Diri 

Kita sebagai manusia memiliki keterbatasan, tak semua yang diharapkan sesuai dan tak semua yang diinginkan bisa didapatkan, adakalanya kita punya ketidakmampuan dari situlah kita harus sadari perlu adanya bantuan dari orang lain kita tidak bisa hidup sendiri-sendiri dalam kerumunan masyarakat. Selain itu, jika kita tidak memperhatikan dan tidak memikirkan bagaimana mungkin kita akan temui kekurangan yang ada dalam diri. Segalanya memang bermula dari kesadaran (menyadari kekurangan dan mau mengakuinya), kemauan (dorongan batin kuat untuk melaksanakan tekad kesadaran), dan terjadi sebagai sikap tindakan wujud dari renungan yang selama itu dilakukan.

Efek Tafakuri Kekurangan Diri meliputi antara lain:
1.      Penyadaran Diri
                Menyadarkan diri sendiri dari lalai berpikir dan koreksi diri. Dengan mentafakurinya, kita akan mencari sejauh mana kekurangan kita yang dimiliki dan sekaligus mencari cara untuk memperbaiki menjadi kelebihan dalam artian meminimalisir atau bahkan kalau bisa menghilangkan. Dengan begitu, kita mengenal diri kita sebenarnya dengan mengakui dan tidak bersikap pura-pura atau masa bodoh. Lagipula, kekurangan itu bukanlah yang harus ditutupi, tapi cukup kita akui dan mau memperbaikinya. "Jangan berpikiran jika kita mengakui kekurangan berarti melemahkan potensi diri," malah "dengan mengakui kekurangan sama halnya kita bersikap jujur pada diri sendiri, dengan sendirinya orang lain akan memandang kita itu orang yang tau diri dan jangan sebaliknya sudah tau punya kekurangan tapi sombong atau jangan juga bersikap coba-coba (menutupi kekurangan) bagaimana kalau kita tidak bisa melakukannya secara optimal sama saja mempermalukan diri sendiri".Bukankah begitu? Sebab orang lain itu memandang kita itu dari pandangan objektivitas (apa yang dialami, apa yang dilihat, dan apa yang didengar) tentang sikap dan perbuatan melukiskan kekurangan dan kelebihan kita.

2.     Menjauhkan diri dari sikap sombong
                Janganlah kita menyombongkan diri dengan bersikap pamer dengan apa yang kita bisa, belum tentu orang lain menghargai kita, malah sebaliknya bisa mencemooh kita dianggap sok pintar. Sebaiknya, jika orang lain sudah menginjak hargai diri kita dianggap tidak bisa apa-apa barulah kita boleh memperlihatkan kemampuan kita untuk menyadarkan persepsi orang tersebut, jika sudah melihat kemampuan yang kita yang disepelekan dengan sendirinya dia akan malu dan bahkan nyengir-nyengir tanpa merasa bersalah. Hik hik. Selain itu, jika kita mampu melebihi kemampuan guru dan teman jangan memperlihatkan kesombongan, sebab bisa jadi mereka itu merasa benci dan ditakutkan menaruh dendam. Orang yang tidak tau diri semakin banyak pada saat ini ya contohnya aja baru sedikit ilmu didapatkan dari melebihi apa yang dikuasai oleh guru atau temannya, sudah lupa diri berani meremehkan guru atau temannya. Begini ceritanyaada yang teman penulis yang diajarkan tentang rumus-rumus pembuatan website sebab dilatih dengan mandiri, dia bisa mengetahui apa yang penulis tidak ketahui sayang malah meremehkan ("aa bisa seperti aku nggak bikin animasi flash atau web dinamis dengan Macromedia Flash?"), "saat ini belum bisa masih melancarkan", jawab saya. Dia malah nyengir seakan-akan menganggap penulis tidak bisa melampaui ilmunya,  padahal disisi lain penulis tidak mengajarkan apa yang dikuasai selain itu sehingga menilai objektivitas akhirnya dia malu sendiri setelah ditantang dengan ilmu penulis yang lain. Artinya: Diatas langit ada langit lagi, diantara orang yang pintar ada yang lebih pintar lagi, jadi tak seharusnya berbangga diri betul nggak? Malah ada satu Hadits yang bernilai sama dengan Firman Allah dinamakan Hadits Qudsi menegaskan, "Keperkasaan itu merupakan sarung-Ku, dan kesombongan merupakan mantel-Ku, maka siapa diantara kamu menentang Ku atau menyaingi Ku di dalam kedua perkara itu, pasti akan aku siksa." (HR. Muslim) Maksudnya; hanya Allah saja yang pantas menyombongkan diri sebab kita bukan makhluk apa-apa tanpa kekuasaan dan tanpa kasih-sayangNya, renungi bagaimana jika nyawa kita dicabut atas kehendakNya kita pastilah mati tak berdaya.

      Sikap yang dilarang itu Sombong atau Berbangga Diri.
      "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman: 18)

      "Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup." (QS. Al-'Alaq: 6 -7)

      "Barangsiapa merasa dirinya besar, atau angkuh dalam berjalan, dia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan murka kepadanya." (HR. Muslim)

      "Maukah kalian aku beritahukan tentang ahli neraka? Yaitu: setiap (sifat) keras hati, angkuh dalam berjalan dan sombong."(HR. Muttafaq alaih)

      Disinilah, kita harus tau diri, tetap menjaga diri dari sikap sombong, bersikap rendah hati, dan tidak meremehkan sebab bisa jadi orang yang diremehkan bisa melebihi kita kemampuannya. Teruslah belajar seakan-akan kita itu manusia kekurangan.

      Ada yang harus kita lakukan yaitu Rendah Hati.
      "Tidaklah seorang merendahkan diri dihadapan Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya." (HR. Muslim)

      "Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadhu, sehingga setiap kamu tidak angkuh terhadap yang lain, dan tidak saling menindas." (HR. Muslim)

      "Siapa yng rendah hatinya dengan (mendapatkan) suatu derajat (keutamaan), Allah akan meninggikannya dengan derajat paling tinggi, pada tempat yang paling tinggi (di akhirat). Dan siapa yang sombong kepada Allah, maka Allah akan menempatkannya pada tempat yang paling rendah." (HR. Ibnu Hibban)

3.     Menghindarkan diri dari sikap berpura-pura
                Menghindarkan diri dari sikap berpura-pura, sehingga kita menjadi percaya diri atas kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, bisa menghargai dan memaklumi kekurangan yang ada. Menjadi diri sendiri yang sebenarnya, meski tak sempurna namun dengan menyadari dan mengakui hati niscaya leluasa dan lega dari tekanan batin sendiri. Sebab, jika tak bersikap apa adanya biasanya hati nurani itu akan memprotes dan mengkritisi diri sendiri dengan maksud menyadarkan khilafnya kita karena mengikuti ego. Ya, ego itu musuh bebuyutan bagi kebenaran hakiki dasarnya ego itu selalu mencari keuntungan dari segala sesuatu yang ada dalam hidup, menutupi kekurangan yang ada dalam diri, berbohong mencari-cari alasan sebagai penguat atau bukti sayangnya hanya sebatas alasan yang tak cukup memenuhi nilai ilmiahnya sehingga timbullah kecuriga-curigaan yang mempermasalahkan alasannya. Oh mengapa? 

4.     Termotivasi untuk terus menggali potensi
       Setiap orang memang tak dipungkiri memiliki potensi yang berbeda satu sama lainnya, itu menjadi misteri bagi diri individunya. Dengan mengakui dan menyadari kekurangan sendiri niscaya akan lebih mudah dalam menemukan jati diri dan potensi (bakat bawaan lahir yang perlu dilatih), sebab dengan begitu bidang apa yang menjadi potensi bisa diperkirakan namun untuk lebih keakuratannya ya tentunya harus mengikuti tes bakat yang diselenggarakan oleh Lembaga Psikologi setempat. Menggali potensi siapa saja mau melakukannya, tapi berlainan jika menggali kubur sendiri itu sih banyak orang mengelak dan menepisnya. Hik hik. Ogah, kali yah?

5.     Termotivasi untuk lebih memperkaya diri
                Memperkaya diri disini maksudnya itu memenuhi kekurangan-kekurangan dengan ilmu, keahlian-keahlian, jadi bukan hanya harta tapi lebih pada esensi pikiran dan esensi perasaannya. Jika esensi pikiran seperti: menambah wawasan yang sebelumnya tak mengetahui, memperdalam ilmu yang masih tahap pembelajaran, mendewasakan cara memandang sesuatu permasalahan (sebab dengan pandangan hidup itu niscaya membentuk sikap tindakan), menanamkan sikap jujur dalam menilai diri sendiri, dan sebagainya. Jika esensi perasaan seperti: membiasakan diri dengan keadaan yang tak sesuai melatih kesanggupan diri, membiasakan sabar dan ikhlas, membiasakan tenang dalam menghadapi masalah (tidak panik), tidak mudah terpancing emosi, tidak melayani , dan lain sebagainya.

Kesimpulan:
Efek Tafakuri Kekurangan Diri menurut Muhammad Adam Hussein dalam artikel ini meliputi:
1.      Penyadaran Diri
2.      Menjauhkan diri dari sikap sombong
3.      Menghindarkan diri dari sikap berpura-pura
4.      Termotivasi untuk terus menggali potensi
5.      Termotivasi untuk lebih memperkaya diri

Efek Tafakuri Kekurangan Diri ini bukannya menghasilkan efek negatif melainkan sebaliknya mendatangkan efek-efek positif. Inilah daya manfaat yang sekiranya kita mentafakuri kekurangan diri, yang sudah penulis kaji sebelumnya dalam kehidupan sehari-hari akhirnya ditarik kesimpulan dan artikel ini hasil dari renungan selama beberapa hari ini.
Saran-saran:
1.   Tanamkan sikap tak cepat puas dalam berprestasi agar mengusahakan lebih baik lagi.
2.      Mengevalusi dan mengoreksi diri agar kekurangan dan kesalahan bisa diminimalisir.
3.      Bersikap ramah pada orang yang bertanya, sebab bisa saja dia hanya menguji kemampuan kita, jadi bersikap ramahlah agar kita tidak diremehkan.
4.      Pelajarilah dari berbagai artikel-artikel yang ada di website-website, jangan lupa cantumkan hak ciptanya, dan catat url websitenya agar sewaktu-waktu mau berkunjung lebih mudah tanpa harus mencari-cari lagi dari Google menghemat waktu loh. Sebab penulis sendiri, masih banyak belajar pada artikel-artikel yang ditemui di dunia maya agar menambah wawasan dan memperlancar keahlian yang dimiliki, jangan malu bertanya dan beranikan menjawab dengan unsur-unsur ilmiah yang bisa ditanggungjawabkan atas keakuratannya.
5.   Berbagilah ilmu niscaya ilmu kita akan berkembang dan bertambah bukannya berkurang. Mengurangi kebodohan orang lain itu juga sedekah yang akan terus mengalir tanpa kita ketahui bagaimana prosesnya itu dan akhirnya nanti akan bahagia lega.
6.      Jangan memanfaatkan kebaikan atau kelebihan orang saja, janganlah kita jadi orang yang tak tau diri, jangan membodohi orang sekalipun dengan niat iseng sebab jika sudah terbiasa susahlah buat mengubahnya perlu waktu lama lagi dalam proses pembenahan dirinya.
7.   Tetaplah bersyukur atas apa yang diberi oleh Allah dengan ilmu yang didapatkan itu, sebab ilmu saja jika disombongkan akan hilang manfaatnya dan bahkan hilang dari ingatan memori pada akhirnya jadi sia-sia tidak mau seperti itu kan. Untuk itulah kita harus mewaspadai diri sendiri jangan sampai kita bersikap sombong dan berpura-pura.

Dengan demikian apa yang dijelaskan diatas, semoga hal ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bermanfaat bagi semua yang membaca dan yang mengamalkan artikel ini dengan menerapkan ataupun menyebarkannya. Penulis tidaklah bermaksud menggurui, hanya berbagi mengugah kesadaran semoga diterima menjadi amal baik. Amien.


Sumber Pustaka:

Ad-Dihami, Ali ibn Muhammad. Mengendalikan Hawa Nafsu - Upaya Meraih Ridha Allah. Penerbit Qisthi Press, Jakarta. Cetakan 1, Mei 2005.

Al-Qorni, Uwes. 60 Penyakit Hati. Penerbit Remaja RosdaKarya, Bandung. Cetakan 8, September 2002.

Hasyimi, Dr. Muhammad Ali. Apakah Anda Berkepribadian Muslim?. Penerbit Gema Insani Press, Jakarta. Cetakan Keempat, Maret 1991.

Sumber Arsip Artikel:

Hussein, Muhammad Adam. Efek Tafakuri Kekurangan Dirihttp://www.adamsains.us/2011/08/efek-tafakuri-kekurangan-diri.html

Posting Komentar untuk "Efek Tafakuri Kekurangan Diri"




Seedbacklink

Teh Celup Herbal Bidara Ruqyah

KLIK GAMBAR UNTUK PEMBELIAN/PEMESANAN